BAB II
PEMBAHASAN
SUMATERA BARAT
1. Perkembangan Masyarakat
Kebudayaan dan suku Minangkabau dapat dikatakan sangat dominan di Provinsi Sumatera Barat, sehingga kebudayaan Minangkabau berkembang pesat di wilayah Sumatera Barat. Menurut Tambo, orang Minangkabau berasal dari keturunan Iskandar Zulkarnaen yang pernah berkuasa di Sumatera Barat sampai ke India pada abad ke-3 SM. Hasil penelitian menyebutkan, orang Minangkabau termasuk dalam rumpun bahasa Melayu Muda yang datang ke Sumatera Barat dari Indo-Cina.
Dalam kehidupan Masyarakat Minangkabau dikenal tiga suku utama, yaitu suku Bodi Caniago, Koto dan Piliang. Ketiga suku ini terpecah lagi atas beberapa suku yang keseluruhannya berjumlah 96 suku. System kekerabatan Masyarakat Minangkabau berdasarkan prinsip matrilineal (garis keturunan ibu), dengan keluarga batih (rumah) merupakan kesatuan hidup yang paling kecil berdasarkan pertalian darah.
Adat istiadat yang dipakai saat ini setelah Islam berkembang di Minangkabau dikenal dengan adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, Syarak Mangato, adat mamakai, dengan demikian apa yang difatwakan oleh syarak dipakai oleh adat. Secara popular, apa yang disebut adat Minangkabau terbagi atas empat bagian :
– Adat yang teradat, yaitu kebiasaan yang disepakati dengan aturan yang dipakai.
– Adat yang diadatkan, yaitu kebiasaan yang baik yang dijadikan aturan yang dipakai.
– Adat-istiadat, yaitu kebiasaan yang indah, mendatangkan kesenangan hati yang disepakati.
– Adat yang sebenarnya adat, yaitu aturan/ketentuan hidup yang terjadi menurut sifatnya.
2. Rumah Adat
Rumah adat Sumatera Barat disebut Rumah Gadang. Runah Gadang adalah symbol dari ikatan suatu kekerajaan dalam kaum di Minangkabau. Disamping sebagai tempat tinggal keluarga perempuan, juga berfungsi sebagai tempat kegiatan sosial. Setiap penghulu harus membangun rumah gadang ini dengan kaumnya, karena di rumah Gadang inilah sebagian besar upacara adat dilaksanakan.
Ditinjau dari bentuk ukuran dan gaya pemerintahan kelarasan (tingkat territorial pemerintah zaman Belanda) yang statusnya lebih tinggi dari Kepala Nagari dan gaya Luhak Rumah Gadang mempunyai nama yang beragam. Menurut gaya kelarasan Koto Piliang ,bentuk rumah Gadangnya diberi nama Garudo Tabang, karena dikedua ujung rumah diberi beranjang (gonjong), yakni sebuah ruangan kecil yang lantai lebih tinggi dari lantai rumah bagian tengah, dan disebut Rumah Baranjung. Sedangkan kelarasan Bodi Chaniago lazimnya disebut Garudo Manyusukan Anak (Garuda Menyusukan Anak). Pada Bagian kiri dan kanan dibawah gonjong diberi beratap (emper) yang merupakan sayap burung yang sedang mengerami anaknya.
Jika menurut gaya Luhak, masing-masing luhak mempunyai gaya dan nama tersendiri. Rumah Gadang yang merupakan kepunyaan dari kaum Penghulu Pucuk di Luhak Tanah Datar, dinamakan Gajah Maharram (Gajah Tidur) karena besarnya. Sedang modelnya Rumah Baranjung karena Luhak tersebut menganut aliran kelahiran Koto Piliang.
Rumah Gadang Luhak Agam, adalah milik Kaum Penghulu Andiko (yang memerintah) dinamakan Serambi Papak (Serambi Pepat) yang bentuknya bagai dipepat pada bagian kedua ujung bangunannya. Sedangkan modelnya adalah di bawah gonjong pada kedua ujungnya beremper dengan atap, karena luhak tersebut menganut kelarasan Bodi Chaniago.
Rumah Gadang dari Luhak Limopaluh Koto disebut dengan Babanding (raja berbanding) yang bentuknya seperti rumah di Luhak tanah Datar, tidak mempunyai dan memakai anjungan pada kedua ujung bangunannya. ( GAMBAR )
Pelengkap dari sebuah Rumah Gadang ialah adanya Rangkiang, yaitu bangunan tempat penyimpanan beras atau biasa disebut lumbung padi, terletak di halaman rumah. Rangkiang yang terdapat di Sumatera Barat berjumlah (dalam tradisi) 3 buah yang dapat ditambah menjadi 7 atau 9 buah. Masing-masing Rangkian ini telah ditentukan tempatnya dan mempunyai nama yang sesuai dengan fungsinya, yaitu :
– Si Tinjau Lamik, dengan tiang, adalah lambang Mamak Rumah, pemimpin Pincalang masuk panagua dagang kamalangan.
– Sibayau-bayau, dengan 6 tiang adalah lumbung tuo rumah atau lumbung pusako, lumbung makanan patang pagi.
– Si Tangguang Lapa, dengan 6 tiang adalah lumbung untuk putrid, yang berfungsi sebagai dagang lalu, urang sumando, tempat si miskin selang tanggang, lumbung persiapan bila musim paceklik datang. Si miskin pergi menunggu, dengan 4 tiang dan fungsinya adalah sebagai lumbung pencari atau lumbung untuk berhemat.
– Si Mayo Kayo, dengan 4 tiang dan fungsinya adalah lumbung persiapan untuk kenduri.
– Mandah Pahlawan, dengan 4 tiang dan fungsinya adalah pangaluk pusako.
– Harimau Paunyi Koto, dengan 9 adalah lumbung raja.
Susunan Rangkiang yang umum terdapat pada Rumah Gadang bila dilihat dari jalan masuk adalah Rangkiang Si Tinjau Lauik di sebelah kiri, Sibayau-bayau di tengah-tengah dan Si Tanggung Lapa di sebelah kanan. Sedangkan Rangkiang lainnya di tempatkan di sela-sea ketiga Rangkiang tersebut.
3. Balai Adat (Balairung)
Balai adat biasa disebut Balairung, ialah tempat yang digunakan sebagai tempat para penghulu mengadakan rapat tentang urusan pemerintahan Adat Nagari dan menyidangkan perselisihan atau perkara yang berfungsi sebagai peradilan perdamaian. Bentuk Balairung sama dengan rumah Gadang, yaitu dibangun di atas tiang yang bergonjong-gonjong. Sesuai dengan fungsinya kegiatan di Balairung dibagi menurut nama-nama ruang sebagai berikut:
– Balai Sa Ruang, berfungsi sebagai tempat memutuskan perselisihan atau menghukum seseorang dan melakukan perdamaian.
– Balai Pasujian, adalah balai tempat menciptakan atau mengatur, untuk menciptakan aturan-aturan yang akan diperlukan bersama sepanjang adat yang ditetapkan berdasarkan musyawarah bersama.
– Balai Gadang, adalah ruang untuk menciptakan ketentuan dan undang-undang yang dihadiri oleh Penghulu, Alim ulama dan Cadiak Pandai.
4. Kesenian
Dikalangan masyarakat Minangkabau hidup dan berkembang berbagai jenis kesenian seperti seni suara, seni tari dan gerak, seni lukis, serta seni sastra. Dalam seni suara termasuk dendang (nyanyian), indang (dzikir), sahlawat dll. Penyajiannya biasa diiringi dengan alat-alat music, seperti Saluang, Bansi, talam, Rabana, Gendang, Kecapi dan Biola. (GAMBAR)
a. Seni Tari
Tari-tarian yang sering digelar dalam pertunjukan kesenian dan upacara resmi lainnya, antara lain:
Indang
Menggambarkan tradisi syariat pada memacu kegotong-royongan yang melandasi kehidupan Masyarakat Minangkabau. Indang sendiri berarti alat penampi beras. Sebagian dari gerak tari ini berasal dari gerak silat.
Gelombang Persembahan
Tari ini ditujukan untuk menyambut tamu kehornatan dan yang dihormati dan juga ditampilkan pada upacara adat. Disebut gelombang persembahan karena ada dua unsur yang ingin ditampilkan disini yaitu unsur gelombang dan unsur persahabatan. Unsur gelombang dilakukan minimal oleh lima orang penari perempuan, menandakan hati yang putih bersih dalam menerima kedatangan tamu, dengan mempersembahkan sirih yang diletakkan dalam sebuah Carano (tempat sirih). Pakaian yang dipakai dalam tari gelombang persembahan ini adalah :
Penari laki-laki, pakaian dominan berwarna hitam :
Sarawa Galembong
Destar/ ikat kepala pancuang talang
Baju gadang
Penari perempuan dengan warna cerah :
Baju kuruang
Tutup kepala berbentuk tanduk
Pemegang carano memakai suntiang
(GAMBAR)
Tari Payung
Adalah tarian yang melukiskan hubungan percintaan sepasang muda-mudi yang diiringi dengan lagu Babendi-bendi. Tarian ini juga ditarikan oleh sepasang mempelai dalam pesta perkawinan mereka. Pakaian penari pria adalah Teluk Belanga atau Guntiang Cino, dan penari wanita memakai Kebaya Panjang dan Suntiang kecil.
Alang Guntiang Penghulu
Tari ini merupakan tari tradisi yang biasa ditampilkan khusus pada upacara adat seperti; upacara pengangkatan penghulu. Kekhususan tarian ini adalah prosesnya yang mengandung makna tertentu.
Selain tari-tarian di atas, ada pula tari pergaulan lainnya seperti :
Tari Rantak
Tari Piring
Tari Alang Babega
Tari Sauik Randai
Tari Panen
Tari Galuak
Tari Layang-layang
b. Seni Musik dan Lagu
Ungkapan seni Masyarakat Minangkabau banyak diperlihatkan melalui alat music yang seluruhnya menirukan suara yang banyak pula diperlihatkan melalui alat music yang seluruhnya menirukan suara yang terdapat pada alam. Alat music yang banyak dipakai untuk kegiatan kesenian dapat dibagi atas:
(1) Alat music tiup :
Saluang darek, saluang sirompak, saluang pauah, saluang panjang, bansi, salempong, papuik batang padi, papuik sarunai, papuik baranak, papuik tanduak.
(2) Alat perkusi, antara lain :
Perkusi logam : Talempong, Canang, Mamonang, Agung, Gadang Tigo dan Talempong Jao/Talempong.
Perkusi Bambu : Katuak-katuak talempong Sembilu, Talempong Buluah, Alu Baganto.
Perkusi Kulit : Gandang Katindik, dol/Tambua, Rabano dan Rapi, Gandang Sarunai, Tassa.
Perkusi Kayu : Talempong Kayu dan Tong-tong.
(3) Alat petik, terdiri dari Kecapi dan Genggong
(4) Alat gesek, terdiri dari Rebab Darek, Rebab Pesisir, Rebab Badoi dan Rebab Pariaman.
c. Seni Drama
Seni drama yang sangat terkenal dikalangan Masyarakat Minangkabau adalah Randai. Randai adalah drama yang menggambarkan cerita rakyat minangkabau. Pelaku randai ini seluruhnya laki-laki, yang membentuk sebuah lingkaran sambil melakukan gerakan-gerakan silat yang sekali-kali ikut mengucapkan cerita yang disampaikan oleh pemimpin randai. Pemimpin Randai berdiri di tengah-tengah lingkaran sambil menyampaikan jalannya cerita. Si pemimpin dapat berlakon sebagai perempuan sesuai dengan permintaan cerita.
d. Seni Sastra
banyak Masyarakat minangkabau yang menguasai sastra lisan, terutama kepandaian berpantun dan syair serta berpepatah. Kata-kata tersebut terutama digunakan saat diadakan upacara-upacara adat, seperti upacara perkawinan.
e. Seni Bela Diri
Di samping tari-tarian, berkembang pula seni bela diri pencak silat yang disebut Dabus. Kalau pencak dalam gerakannya lebih mengandung unsur tari, sedangkan silatnya sendiri menitik beratkan pada bela diri. Silat yang berkembang di Sumatera Barat disebut Kumango, yang diajarkan sejak masa kanak-kanak.
f. Seni Lukis
Seni lukis yang berkembang terutama dalam bentuk ukiran yang biasanya menghias tiang atau dinding rumah gadang serta pada peralatan rumah tangga. Motif yang digambarkan pada ukiran tersebut adalah motif tumbuhan, sedangkan motif binatang jarang.
5. Upacara Adat
Tradisi-tradisi yang berasal dari masa pra-hindu, islam dan gerakan pembaruan islam, telah bersatu dan mewarnai bentuk-bentuk upacara tradisional Masyarakat Minangkabau. Walaupun ada gerakan pembaruan islam, tradisi-tradisi tidak dapat begitu saja dihapuskan, karena telah berurat berakar dalam sistim kebudayaan mereka. Upacara tradisional masih dilakukan Masyarakat, terutama yang berkenaan dengan daur (lingkaran) hidup manusia dan upacara-upacara lainnya. Upacara-upacara tersebut diantaranya ialah :
a. Upacara Daur Hidup
Manusia mengalami tahapan yang dianggap penting dalam kehidupannya. Karena dianggap masa-masa tersebtu penting, maka harus diperingati dengan menjalankan upacara. Diantaranya adalah,
Kelahiran
Dibeberapa Nagari ada yang melakukan upacara kehamilan lebih dahulu sebelum melakukan upacara kelahiran. Dengan demikian rangkaian upacara kelahiran adalah sebagai berikut :
Saat kehamilan 6 bulan dilakukan upacara manjapuik pinggan yaitu keluarga wanita yang hamil membuat bubur dan membagikan pada seluruh kerabat serta keluarga dekat suaminya. Mereka yang diberi bubur mengundang wanita hamil tersebut untuk makan di rumah masing-masing.
Selanjutnya untuk menyambut kelahiran bayi, diadakan pertunjukan music Talempong sebagai pernyataan kegembiraan dan rasa syukur keluarga tersebut.
Setelah bayi berusia 40 hari, dilaksanakan upacara Turun Mandi di tepian sungai. Dilanjutkan dengan pemotongan rambut bayi yang disebut memotong Gombak. Rambut yang dipotong ditimbang dan diganti dengan emas seberat rambut tersebut, yang dibayar kepada orang yang memotong rambut bayi.
Masyarakat Minangkabau juga melakukan khitanan. Dengan menyelenggarakan upacara tersebut, seorang laki-laki sudah dianggap dewasa. Untuk anak perempuan diadakan upacara merias rambut (menata kondai), yang dilaksanakan saat anak mendapat haid pertama kali.
Dalam adat pergaulan muda mudi dikenal istilah Besijontiak, yaitu perkenalan antara bujang dan gadis. Kesempatan untuk berkenalan, terjadi saat perayaan atau pesta adat.
Perkawinan
Adat perkawinan Minangkabau tidak mengenal mas kawin, yang ada hanya pemberian uang jemputan dari keluarga pihak wanita kepada keluarga pihak laki-laki. Pada masa lalu, setelah segala upacara perkawinan dilangsungkan, seringkali penganti pria mengunjungi istrinya hanya pada malam hari. Statusnya adalah sebagai Urang Sumando (menumpang). Dari pagi sampai senja hari dia berada di rumah orang tuanya. Hal ini hanya berlaku apabila status sosialnya lebih tinggi dari pada status social istrinya, bahkan dia dapat beristri lebih dari satu. Dengan istri banyak berarti uang jemputan yang akan diterimanya juga banyak. Kalau bercerai, maka mantan suami harus meninggalkan rumah istri dan anak-anaknya. Selanjutnya istri dan anak-anak akan diurus oleh saudara laki-laki ibunya.
Kematian
Berita tentang kematian biasanya cepat tersebar ke seluruh kampong dan para wanita datang menjenguk (manjanguak) untuk menghibur keluarga yang ditinggalkan. Selanjutnya dilakukan proses pemandian, pengkafanan. Sebelum dimakamkan, jenazah disholatkan di dalam rumah atau masjid. Selesai disholatkan, jenazah dimasukkan ke dalam tandu dan ditutup dengan beberapa lapis kain, sebagai lapisan terakhir berupa kain warna hitam. Sebelum dibawa kekuburan, seorang kerabat almarhum mengucapkan kata perpisahan dan permintaan maaf kepada para pelayat yang datang. Ketika tandu diangkat, anak-anak almarhum melintas sebanyak 3 kali di bawah tandu jenazah ayah/ibu mereka. Setelah pemakaman biasanya dilakukan rangkaian upacara 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, dan menghapus jejak (mengantar air bumi)
b. Upacara Lain
Rangkaian upacara tradisional lainnya yang sampai saat ini masih dijalankan oleh Masyarakat Minangkabau terutama yang berhubungan dengan aktivitas mereka sehari-hari antara lain :
Tulak Bala : merupakan usaha manusia untuk menolak, mencegah atau menangkal segala macam bencana yang dapat membahayakan kehidupan manusia.
Marihimin : upacara permohonan kepada Tuham YME untuk mendapatkan keselamatan dan dijauuhkan dari segala petaka. Upacara ini biasanya dilakukan pada waktu akan turun ke sawah dan menabur benih padi pada saat berjangkitnya wabah penyakit, berlangsungnya kemarau panjang dan lain-lain.
Mangido Ubat Nieme : nama upacara ini berasal dari bahasa Tapanuli Selatan yang berarti meminta obat padi, yang maksudnya untuk memohon kesuburan bagi tanaman padi.
Manogeh Tombang : berkaitan dengan kegiatan menambang emas yang terdapat di Nagari Cubadak. Maksud upacara ini merupakan permohonan kepada Jin Emas agar dibolehkan menambang /mendulang emas dengan selamat dan membawa banyak hasil.
Tatau : ejenis upacara pengobatan dalam rangka membuka hutan untuk areal persawahan atau lading, dengan mengusir makhluk halus agar tidak mengganggu pekerjaan.
Parahu Turun Ka lauik : Dilaksanakan oleh Masyarakat nelayan dalam rangka menangkap ikan. Maksud upacara ini ialah memohon pertolongan kepada Tuham YME agar diberi keselamatan selama melakukan pelayaran serta memperoleh hasil seperti yang diharapkan.
Malaimaui Pasie : dilakukan oleh Masyarakat nelayan yang tinggal di daerah pesisir barat. Upacara ini diselenggarakan sebelum mereka turun ke laut, yaitu dengan menyirami benda-benda yang akan dibawa dan perahu-perahu dengan air yang telah dicampur dengan kulit jeruk/limau, bunga-bungaan, dan daun-daunan.
6. Bahasa Daerah
Orang Minangkabau menggunakan satu bahasa daerah yang sama, yang disebut bahasa Minangkabau. Sebuah bahasa yang erat hubungannya dengan bahasa Melayu. Bahasa Minang mirip dengan bahasa Indonesia, yang membedakan hanya penggunaan huruf “o” pada akhir kata, contoh : bunga – bungo, bunda-bundo. Menurut penelitian ilmu bahasa, bahasa Minangkabau boleh dianggap merupakan bahasa tersendiri, boleh juga dianggap sebagai sebuah dialek dari bahasa melayu. Secara umum, dialek bahasa Minangkabau yang dikenal dapat disebut empat, yaitu :
1. Dialek Tanah Datar
2. Dialek Agam
3. Dialek Lima Puluh Koto
4. Dialek Pesisir
7. Pakaian Adat
Pakaian adat kaum pria terdiri atas baju model Teluk Belangga yang berlengan agak pendek dan melebar pada ujungnya, celana panjang, kain songket yang dikenakan dari pinggang sampai ke atas lutut, serta selembar kain yang menyelempang pada bahu. Sebagai pelengkapnya dikenakan penututp kepala yang disebut Saluak, dan sebilah keris yang terselip di depan perut.
Sedangkan pakaian adat kaum wanita terdiri atas tutup kepala yang disebut bergonjong, baju kurung, kain songket panjang, serta selembar kain songket yang bermotif dan warnanya sama untuk diselempangkan pada bahu. Sebagai perhiasannya dikenakan anting-anting, kalung bersusun, dan gelang pada kedua belah tangan.
8. Senjata Tradisional
Jenis senjata tradisional yang dimiliki Masyarakat Minangkabau adalah sejenis golok yang disebut Rudui. Senjata ini dapat dikatakan sebagai senjata untuk berperang, sedangkan senjata yang digunakan untuk berburu berupa Sumpitan.
Senjata tradisional yang sangat terkenal dari Sumatera Barat adalah Karih yang merupakan senjata tikam. Karih ini juga merupakan pelengkap pakaian adat pria, yang bentuknya kecil seperti keris tapi tidak berlekuk. Hulunya yang berukir agak melengkung ke bawah sehingga lebih mudah untuk menggenggamnya.
Ada juga yang dikenal sejenis pisau yang disebut Lading. Biasanya digunakan untuk memotong, baik dalam pekerjaan rumah tangga maupun yang lainnya. Dikenal pula stombak bermata 3 yang disebut Piarik, yang biasa dimanfaatkan untuk berburu binatang buruan yang besar.
9. Makanan Daerah
Masyarakat Minangkabau telah terkenal di seluruh nusantara sebagai daerah yang banyak ragam makanan enak. Hal ini didukung oleh keberadaan restoran/rumah makan padang. Dibawah ini diuraikan jenis-jenis makanan Minang yang telah dikenal :
1. Makanan Berat
Randang Darek
Randang Paku
Randang Padang
Gulai Paku
Singgang Ayam
Gulai Cubadak
Gulai Kambing
Katupek Gulai
Sate
Apik Ayam
2. Makanan Ringan
Lamang Tapai
Kue Talam
Sanok
Lapek Bugih
Pinyaman
Aie Kawa
Nagasari
Lamang Bakuah
Talam Sari Kayo
Karupuak Sanjai
10. Kerajinan Tradisional
Kerajinan yabg dikerjakan selama turun-temurun oleh Masyarakat Minangkabau antara lain :
1. Tenun terdapat di daerah Pandai Sikek, Silungkang, Saniang Baka, Koto Gadang
2. Sulaman terdapat di daerah Lubuk Bagaluang, Nareh, Koto Gadang Ampek Angkek Canduang, Saniang Baka.
3. Ukir Rumah terdapat di daerah Ampe angkek Canduang
4. Anyaman Bambu, Pandan, dan Rotan terdapat di daerah Lima puluh Koto.
5. Pengrajin Perak terdapat di daerah Koto Gadang.
6. Pengrajin Kuningan terdapat di daerah Sungai Puar.
11. Permainan Tradisional
Masyarakat Minang juga dikenal dengan permainan tradisionalnya yang unik. Salah satu permainan tradisional khas Minang yang sampai sekarang masih dilakukan adalah Sipak Raga. Sipak Rago merupakan salah satu permainan tradisional yang berkembang di wilayah Minangkabau. Permainan ini dimainkan oleh 5 sampai 10 orang. Ketika bermain, mereka membentuk lingkaran di suatu lapangan terbuka, dengan memainkan bola dengan kaki dan teknik-teknik tertentu sehingga bola tersebut berpindah dari satu orang pemain kepada pemain lainnya tanpa jatuh ke tanah. Bola yang digunakan dibuat khusus dari daun kelapa muda atau kulit rotan yang dianyam menggunakan tangan. Pada zaman dahulu permainan sipak raga dilakukan oleh para pemuda di kampung-kampung di Sumatera Barat pada sore hari untuk mengisi waktu luang dan sebagai sarana hiburan. Masyarakat Minangkabau hingga kini menyakini permainan tradisional memiliki nilai-nilai luhur yang mesti dilestarikan, seperti nilai-nilai kerjasama dan musyawarah, sehingga meski kini masyarakat Minang mengenal berbagai permainan modern lainnya, Sipak Raga masih terus dimainkan, terutama oleh masyarakat Minang yang tinggal di kota Padang dan daerah-daerah lainnya di Sumatera Barat.
DAFTAR PUSTAKA
– Anjungan Sumatera Barat Taman Mini Indonesia indah
– Sejarah Minangkabau. Bharata. 1970
– Dwi Windu Taman Mini Indonesia Indah-TMII USI-IBM-1991
– Manusia dan Kebudayaan di Indonesia.Prof.Dr.Koentjaraningrat.1970
– Seni Budaya Minangkabau. H.Djafri DT.Bandaro Lubuk Sati.DSN.1986
semoga bermanfaat …
pgsd 2b_umj